TU7UA, Makassar | Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar Raya menggelar diskusi terkait Indonesia Dalam Arus Pergaulan Dunia dengan Membaca Politik Luar Negeri Jokowi dan Prabowo di masa akhir Kabinet Indonesia Maju, di Dawai Coffee Jln Perintis Kemerdekaan Tujuh(PK7) Mulai Pukul 15.00 WITA . Makassar,(9/9/2024)
Seperti yang diketahui bahwa Pemerintahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo akan berakhir pada 20 Oktober 2024.
Amelia Putri Yuswandi selaku MC pada acara diskusi itu menyapa para narasumber yang hadir yaitu Agussalim Burhanuddin, S.IP.,MIRAP selaku Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (HI FISIP UNHAS), Nur Isdah Idris,S.IP.,MA (Dosen HI FISIP UNHAS), Muhamad Fikri Amra,S.IP.,M.H.I selaku Dosen Hubungan Internasional Universitas Fajar (HI UNIFA) dan Irvan Basri selaku Pendiri Forum Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 2 adalah jalur pelayaran yang menghubungkan laut Sulawesi dengan Samudera Hindia.
Selanjutnya MC membacakan rangkaian kegiatan kemudian menyerahkan kepada Umar Muda untuk memandu jalannya diskusi.
Tampil sebagai Pemantik, Umar Muda selaku Moderator melempar pertanyaan kepada 4 narasumber yaitu Sejauh mana Langkah awal Prabowo memberi sinyal akan adanya pergeseran orientasi politik luar negeri Indonesia ? kemudian sejauh mana pula faktor kondisi domestik politik dan kemampuan ekonomi dan lingkungan internasional mempengaruhi rancangan politik luar Indonesia ?
Agus Salim menyampaikan pandangannya “Sebagai Akademisi saya memiliki harapan besar pada Jokowi dengan wacana awalnya namun pada saat memasuki periode kedua semakin tidak jelas
Ia juga mengungkit terkait Perang Rusia-Ukraina yang seharusnya mampu memainkan peran saat konflik itu berlangsung namun meskipun Jokowi melakukan kunjungan kesana tapi tidak mampu memainkan peran secara global, Klw melihat raport pada pemerintahannya saya berani menilai tidak terlalu baik pada Era Jokowi, Menteri Luar negeri bahkan lebih dihormati dalam kapasitas secara global”,ungkapnya
Selanjutnya Ia juga mengungkit Kasus Israel Gaza juga indonesia tidak mampu ternyata memaksimalkan konstitusi dalam arus konflik tersebut padahal memungkinkan juga bagi indonesia untuk anti terhadap Israel kalau melihat Bagaimana Iran juga terangan-terangan dalam memerangi Israel, Pada simpulannya Indonesia salah dalam memainkan konflik global.
Ditempat yang sama Muhamad Fikri Amra selanjutnya Menyampaikan Apresiasi kpd PMII karena berani mengangkat tema ini “kita sama-sama tahu bahwa ada walaupun nanti pada akhirnya ada peralihan adalah konteks pemerintahan kepemimpinan tapi yang kita baca selama ini kan Prabowo atau Presiden terpilih kita saat ini itu sebenarnya juga ada di pemerintahan pak Jokowi yang selalu kita dengar yang selalu disampaikan di media itu adalah adanya keberlanjutan”,ungkapnya
Lebih lanjut Ia mengatakan “Pembicaraan hari ini hanya sifatnya Prediktif, Menekankan bahwa prabowo lebih memiliki pengalaman konstalasi politik global maupun internasional, Prabowo sempat menyinggun pada forum Internasional tentang Anti Kolonialisme, Harus diakui bahwa pak prabowo punya pengalaman bipolar global namun Jgn sampai pak prabowo masih terjebak dirkursus perang dingin yang terjadi di Unisoviet, Menurut saya pak Prabowo akan masih melanjutkan apa yang dilakukan oleh pak jokowi disektor ekonomi global walaupun kita masih terjebak dalam kebijakan ini, Kemungkinan pak Prabowo lebih harmonis dengan menteri luar negeri siapapun itu, kemudian begitupun dia berada keduanya kemudian prabowo masuk kabinet dan akhirnya terpilih menjadi apa presiden.”tutupnya
Nur Isdah Idris masih di tempat yang sama menyampaikan pendapat “Biasanya topik-topik ini di bahas di ruang kelas namun kali ini diluar dan saya cukup kaget bahwa ada mahasiswa yang berani membawa forum ini secara terbuka”,ungkapnya.
Ia lebih membandingkan periode Jokowi dan SBY melaui pendekatan estetika bahwa “SBY bagai perempuan cantik, bagaimana supaya, menggunakan kecantikannya untuk menunjukkan kepada dunia global bahwa Indonesia juga ikut dalam percaturan dunia, sedangkan Jokowi melakukan pendekatan pragmatis, lebih pragmatis, ia melihat kebijakan politik global lebih kepada kepentingan diplomatik seperti indonesia sebagai poros maritim dunia, tol laut, kedaulatan negara,penanganan konflik laut Cina Selatan, memperkuat hubungan diplomatik terhadap Negara-Negara ASEAN, Indonesia cenderung menghindari konflik langsung”,ucapnya
Indonesia hari ini Era Jokowi lebih mempermudah investasi global dgn cara menurunkan stardar regulasi yang artinya pengerukan besar-besaran terhadap sumber daya alam indonesia sedang terjadi dan elit politik juga masuk dalam lingkaran itu”,tutupnya
Ditempat yang sama yakni Irvan Basri sebagai pemateri ke empat mengungkapkan “Saya bahagia sore ini dapat berdiskusi bersama Para Narasumber, terimakasih kpd teman2 PMII Mengutip Kata Raya pada nama PMII Makassar Raya memang sudah selaras dengan tema diskusi seperti di beberapa negara menggunakan kaya raya, Ingris Raya, Britania Raya dsbg..
Lebih lanjut dengan Ia mengatakan “Macan Asia adalah jargon yang selalu di gemborkan oleh Pak Prabowo” kemudian bagaimana melihat makna Macan Kertas yang dapat ditemukan di google bahwa Macan/harimau kertas bermakna seolah-olah kuat padahal sagat lemah, kemudian mengajak para peserta untuk menyadari atau memikirkan ulang betulkah kita betul-betul macan asia atau macan kertas ?
Ia kemudian mempertanyakan “apakah kita global player? Atau kita ini orang yg hanya siap jadi tuan rumah atau panitia pelaksana? Saya masih merasa sadar saya tidak ingin hiperbola tentang peran panitia atau pemain”ucapnya.
Ia selanjutnya menyinggung juga tentang poros maritim dunia, Ada dua hal penilaian tentang Jokowi pertama Sejak awal jokowi menganut Capitalis ekstrem seperti tambang nikel di Sulawesi Tengah, Kedua gila-gilaan membangun infrastruktur
Menyinggung juga soal pilkada sebagai perang saudara di 500 lebih daerah, dalam sejarah pernah terjadi hal seperti ini”,tutupnya
Ada banyak pertanyaan pada sesi diskusi oleh para mahasiswa yang hadir mampu mengidupkan suasana kritis pada forum itu.
Firmansyah (Penulis)